Ibarat musik modern, aliran dari instrumen atau gamelan gender ini adalah jazz. Jadi jika ingin belajar main gender, selain belajar cara menggenggam dan memukul, juga butuh menyerap lirik lagu dengan ekstra. Karena keunikan ini, gender kini banyak dipelajari oleh orang-orang Jepang, Korea, dan USA. Di Bali, instrumen gender kebanyakan digunakan saat upacara manusa yadnya seperti potong gigi, pawiwahan (perkawinan) dan menek kelih, demikian kutipan dari artikel, www.ariputranta.com, Gender, Jazz-nya Bali. Kesenian wayang kulit di Bali disebutkan juga diiringi dengan menggunakan gamelan gender wayang atau Pewayangan dalam pementasan atau pertunjukannya. Dikutip dalam Babad Bali, Gamelan Gender Wayang dengan instrumen pokoknya yang terdiri dari 4 tungguh gender berlaras slendro (lima nada). Keempat gender ini terdiri dari :
Untuk upacara ngaben 2 gender dipasang di kedua sisi bade (pengusung mayat) dan dimainkan sepanjang jalan menuju kuburan. Untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit Ramayana, wayang wong Ramayana maupun Mahabharata (Parwa), 2 pasang gender ini dilengkapi dengan sepasang kendang kecil, sepasang cengceng kecil, sebuah kajar, klenang dan instrumen-instrumen lainnya, sehingga melahirkan sebuah barungan yang disebut gamelan Batel Gender Wayang. Ketika Gamelan Menjadi Diplomat Kebudayaan, dikutip dalam artikel balipost.co.id (ref), I Wayan Loceng (70 tahun), empu gamelan gender wayang asal Desa Sukawati, Gianyar, telah memiliki ''alumni'' yang tersebar di mancanegara. Minagawa, dedengkot grup Sekar Jepun, adalah komposer Jepang yang pernah berguru padanya. Begitu juga I Tembres (69 tahun) maestro instrumen kendang asal Blahbatuh, Gianyar, telah menularkan kepiawaiannya oada orang-orang asing yang datang padanya. Michael Tenzer dan Wayne Vitale, senior grup Sekar Jaya, AS, adalah seorang pemusi yang pernah belajar magupek alias bermain kendang padanya. *** |
|