Genjek atau megegenjekan atau juga sering disebut gegenjekan merupakan kesenian Bali yang biasanya pada pertunjukannya dilakukan secara masal oleh laki - laki yang duduk bersila dan melingkar yang didominasi oleh suara - suara mulut "cak - cak" dengan gerakan tangan yang menari - nari sehingga menambah semangat dari kesenian genjek ini.
Dalam tradisi metuakan di Karangasem, Genjek juga dikenal dengan nama Cakepung dimana
peranan tuak sangat penting dalam kesenian tersebut. Para pemain Genjek
dan Cakepung bergiliran minum tuak sambil menyanyi dengan musik mulut
dan menari-nari di tengah lingkaran. Kesenian ini sangat semarak dan
penuh dengan nuansa pesta pora.
Tarian dalam pementasan Megenjekan juga terlihat ditarikan oleh para pemuda yang diikuti dengan tari joged oleh beberapa remaja. Kemungkinan juga kesenian genjek ini tidak bersifat sakral di Bali karena dalam setiap pementasannya tidak dilakukan dalam pura - pura tetapi kebanyakan di wantilan - wantilan atau tempat - tempat tertentu pada saat hari libur maupun hari raya. Terdengar dalam tembang dan lagu - lagu yang digunakan dalam genjek ini kebanyakan berisi "cak - cak" dan petuah - petuah kebaikan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya serta tema - tema motivasi Bali dll. Sama halnya dengan tradisi mekibung, tari kecak maupun janger, mereka duduk secara bersama - sama saling berhadapan ataupun berbaris bergandengan. Namun yang terlihat dalam kesenian genjek ini, genjek tidak hanya digunakan dalam acara metuakan tetapi sebagai kesenian di Bali yang bertujuan untuk lebih mempererat tali kekeluargaan dan persahabatan muda - mudi. |